Pengenalan Laboratorium
Kamis, 20 Desember 2012
Rabu, 05 Desember 2012
Rabu, 28 November 2012
Rabu, 21 November 2012
Kandungan Bahan Kimia Di Kehidupan Sehari-Hari
Kandungan Soda Api
Soda Api yang dalam ilmu kimia disebut NaOH (natrium hidroksida)
merupakan sejenis basa logam kaustik. Oleh sebab itu, beberapa orang
menyebut soda api dengan nama soda kaustik. Senyawa ini terbentuk dari
oksida basa natrium oksida (NaOH) yang dilarutkan dalam senyawa air.
Soda api atau soda kaustik, memiliki sifat senyawa alkalin dimana
fungsinya semakin kuat saat dilarutkan bersama air. Fungsi soda api
cukup beragam terutama dalam dunia industri pabrikan. Manfaatnya
sebagai campuran produksi kertas, tekstil, sabun, deterjen, air minum,
bubur kayu serta beberapa percobaan kimia di laboratorium.
Soda api memiliki efek negative pada tubuh. Soda api memang cukup keras.
Lihat saja pada pemanfaatannya sebagai bahan untuk mengelupas cat serta
memperbaiki saluran pembuangan yang mengalami kebuntuan. Mekanisme soda
api dalam menyelesaikan problem tersebut dengan cara melebur cat dan
kotoran oleh karena sifatnya yang keras. Dalam dunia medias, soda api
memang eikenal sebagai unsure yang bersifat melarutkan jaringan lemak.
Karenanya, saat bersentuhan langsung denga soda api, kulit akan terasa
panas.
Kandungan Deterjen
Dewasa ini hampir semua jenis pembersih menggunakan detergen. pembersih yang memiliki daya pembersih efektif di dalam semua jenis larutan. Bahan dasar detergen adalah alkil benzena sulfonat atau sering disingkat ABS. Dibandingkan dengan sabun, detergen memiliki daya cuci lebih baik karena tetap efektif untuk mencuci walaupun dengan menggunakan air sadah maupun air dingin. Supaya kotoran yang terlepas tidak kembali menempel, biasanya ditambahkan zat kimia tertentu yang disebut anti-redeposisi. Contoh zat anti-redeposisi adalah metil karboksi selulosa.Buih detergen yang menumpuk di permukaan sungai akan menghalangi penyerapan oksigen dari udara ke dalam air sungai. Akibatnya, air sungai akan mengalami penurunan kadar oksigen yang pada gilirannya akan menyebabkan satwa yang tinggal di dalamnya mati. Pada umumnya, detergen mengandung bahan-bahan berikut ini :
1. Surfaktan
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan.
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan.
2. Builder
Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan
Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan
3. Filler
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat.
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contoh Sodium sulfat.
4. Aditif
Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC
Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC
Kandungan Sabun
Orang pada saat itu mengenal sebuah proses yang disebut saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi antara minyak atau lemak, baik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (nabati) maupun yang berasal dari hewan (hewani) dengan basa-basa tertentu yang dihasilkan dari abu (alkali) tumbuh-tumbuhan (natrium hidoksida dan kalium hiodroksida). Reaksi ini ternyata dapat menghasilkan sebuah senyawa yang dapat digunakan untuk membersihkan kotoran yang kemudian dikenal sebagai Sabun. Berdasarkan kandungan basa yang terdapat di dalamnya, sabun dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu sabun lunak dan sabun keras.
1. Sabun dan Deterjen
Sabun dan detergen dapat menjadikan lemak dan minyak yang tadinya
tidak dapat bercampur dengan air menjadi mudah bercampur. Sabun dan
detergen dalam air dapat melepaskan sejenis ion yang memiliki bagian
yang suka air (hidrofilik) sehingga
dapat larut dalam air dan bagian yang tidak suka akan air
(hidrofobik) sehingga larut dalam minyak atau lemak. Jika dalam pakaian
yang dicuci dengan detergen terdapat kotoran lemak maka bagian ion yang
bersifat hidrofobik masuk ke dalam butiran lemak atau minyak dan bagian
ion tersebut yang bersifat hidrofilik akan mengarah ke pelarut air.
Keadaan ini menyebabkan butiran-butiran minyak akan saling tolak-menolak
karena menjadi bermuatan sejenis.
2. Pemutih Pakaian
Larutan pemutih yang dijual di pasaran biasanya mengandung bahan
aktif natrium hipoklorit (NaOCl) sekitar 5%. Selain digunakan sebagai
pemutih dan membersihkan noda, juga digunakan untuk desinfektan
(membasmi kuman). Pada umumnya, bahan pemutih yang dijual di pasaran
sudah aman untuk dipakai selama pemakaiannya sesuai dengan petunjuk.
Selain dengan noda, zat ini juga bisa bereaksi dengan zat warna pakaian
sehingga dapat memudarkan warna pakaian.
3. Pewangi
Selain zat yang menimbulkan aroma wangi, pewangi yang dijual di pasaran
biasanya mengandung zat-zat lain, seperti alkohol untuk pewangi yang
berbentuk cair dan tawas untuk pewangi yang berbentuk padat. Selain
alkohol, masih terdapat beragam zat tambahan lainnya yang sengaja
ditambahkan ke dalam pewangi agar parfum mudah disemprotkan (zat
tersebut berfungsi sebagai propelan). Di antara zat-zat tambahan yang
dapat berfungsi sebagai propelan tersebut ada yang dapat mencemari
lingkungan. Propelan tertentu jika lepas ke udara kemudian masuk ke
atmosfer bagian atas akan merusak lapisan ozon (suatu lapisan di udara
bagian atas yang melindungi manusia dari sinar-sinar berenergi tinggi,
seperti sinar ultra violet).
4. Pestisida
Insektisida, yaitu pestisida yang digunakan untuk memberantas serangga. Contoh insektisida adalah basudin, basminon, tiodan, diklorovinil dimetil fosfat, dan diazinon.
Fungisida, yaitu pestisida yang dipakai untuk memberantas dan mencegah
pertumbuhan jamur atau cendawan. Bercak yang ada pada daun, karat daun,
busuk daun, dan cacar daun disebabkan oleh serangan jamur. Beberapa
contoh fungisida adalah tembaga oksiklorida, tembaga(I) oksida,
karbendazim, organomerkuri, dan natrium dikromat
B. Zat Aditif dalam Bahan Makanan
1. Zat Pewarna
Pemberian warna pada makanan umumnya bertujuan agar makanan terlihat
lebih segar dan menarik sehingga menimbulkan selera orang untuk
memakannya. Zat pewarna yang biasa digunakan sebagai zat aditif pada
makanan adalah: a. Zat pewarna alami, dibuat dari ekstrak bagian-bagian
tumbuhan tertentu, misalnya warna hijau dari daun pandan atau daun suji,
warna kuning dari kunyit.
zat pewarna sintetik yang bukan untuk makanan dan minuman (pewarna
tekstil) dapat membahayakan kesehatan apabila masuk ke dalam tubuh
karena bersifat karsinogen (penyebab penyakit kanker).
2. Zat Pemanis
Zat pemanis berfungsi untuk menambah rasa manis pada makanan dan
minuman. Zat pemanis dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a. Zat
pemanis alami. Pemanis ini dapat diperoleh dari tumbuhan, seperti
kelapa, tebu, dan aren. Selain itu, zat pemanis alami dapat pula
diperoleh dari buahbuahan dan madu. Zat pemanis alami berfungsi juga
sebagai sumber energi.b. Zat pemanis buatan atau sintetik. Pemanis buatan tidak dapat dicerna
oleh tubuh manusia sehingga tidak berfungsi sebagai sumber energi. Oleh
karena itu, orangorang yang memiliki penyakit kencing manis (diabetes
melitus) biasanya mengonsumsi pemanis sintetik sebagai pengganti pemanis
alami. Contoh pemanis sintetik, yaitu sakarin, natrium siklamat,
magnesium siklamat, kalsium siklamat, aspartam.
3. Zat Pengawet
a. Zat pengawet alami berasal dari alam, contohnya gula (sukrosa) yang
dapat dipakai untuk mengawetkan buah-buahan (manisan) dan garam dapur
yang dapat digunakan untuk mengawetkan ikan. b. Zat pengawet sintetik
atau buatan merupakan hasil sintesis dari bahan-bahan kimia. Contohnya,
asam cuka dapat dipakai sebagai pengawet acar dan natrium propionat atau
kalsium propionat dipakai untuk mengawetkan roti dan kue kering. Garam
natrium benzoat, asam sitrat, dan asam tartrat juga biasa dipakai untuk
mengawetkan makanan. Selain zat-zat tersebut, ada juga zat pengawet
lain, yaitu natrium nitrat atau sendawa (NaNO3) yang berfungsi untuk
menjaga agar tampilan daging tetap merah. Asam fosfat yang biasa
ditambahkan pada beberapa minuman penyegar juga termasuk zat pengawet
c.Bahan Penyedap Rasa
Bahan Penyedap rasa ini mengandung MSG, Mononatrium glutamat (juga disebut monosodium glutamat; disingkat MSG) adalah garam natrium dari asam glutamat. Berfungsi sebagai penyedap rasa. Satu ion hidrogen (dari gugus —OH yang berikatan dengan atom C-alfa) digantikan oleh ion natrium. Merek dagang dari mononatrium glutamat
Rabu, 10 Oktober 2012
Selasa, 25 September 2012
Penanganan Terkena Bahan Mercury
Cara Membersihkan Merkuri dari Thermometer yang Patah
- Lepaskan perhiasan apapun sehingga Anda tidak mengotori itu.
- Memungur merkuri dengan selembar karton.
- Tempatkan merkuri dalam botol kecil atau botol.
- Tutup rapat botol.
- Buang botol dengan benar
- Cuci tangan Anda!
- JANGAN PERNAH menggunakan vacuum cleaner untuk membersihkan tumpahan merkuri. Vacuum cleaner yang terkontaminasi dan akan menyebarkan uap merkuri ke udara.
Cara Penanganan Terkena Bahan Kimia
Luka bakar akibat zat kimia
Terkena larutan asam
- kulit segera dihapuskan dengan kapas atau lap halus
- dicuci dengan air mengalir sebanyak-banyaknya
- Selanjutnya cuci dengan 1% Na2CO3
- kemudian cuci lagi dengan air
- Keringkan dan olesi dengan salep levertran.
Terkena logam natrium atau kalium
- Logam yang nempel segera diambil
- Kulit dicuci dengan air mengalir kira-kira selama 15-20 menit
- Netralkan dengan larutan 1% asam asetat
- Dikeringkan dan olesi dengan salep levertran atau luka ditutup dengan kapas steril atau kapas yang telah dibasahi asam pikrat.
Terkena
bromin
- Segera dicuci dengan larutan amonia encer
- Luka tersebut ditutup dengan pasta Na2CO3.
- Kulit yang terkena segera dicuci dengan air sebanyak-banyaknya
- Kemudian cuci dengan larutan 3% CuSO4.
Luka bakar akibat benda panas
- Diolesi dengan salep minyak ikan atau levertran
- Mencelupkan ke dalam air es secepat mungkin atau dikompres sampai rasa nyeri agak berkurang
Luka pada mata
Terkena percikan larutan asam
•
Jika terkena percikan asam encer,
• Mata dapat dicuci dengan air bersih kira-kira 15 menit terus-menerus
• Dicuci dengan larutan 1% Na2C3
Terkena percikan larutan basa
• Dicuci dengan air bersih kira-kira 15 menit terus-menerus
• Dicuci dengan larutan 1% asam borat dengan gelas pencuci mata
Keracunan
Keracunan zat melalui pernafasan
Akibat zat kimia karena menghirup Cl2, HCl,
SO2, NO2, formaldehid, amonia
• Menghindarkan korban dari lingkungan zat tersebut, kemudian pindahkan
korban ke tempat yang berudara segar
• Jika korban tidak bernafas, segera berikan pernafasan buatan dengan cara
menekan bagian dada atau pemberian pernafasan buatan dari mulut ke mulut korban
Jika terjadi kecelakaan laboratorium, sebaiknya segera menghubungi Badan
Layanan/personel seperti :
- Biological Safety Officer
- Pejabat laboratorium
- Engineering/Water/Gas/Electrical
- Satpam
Langganan:
Postingan (Atom)